Menggelontorkan total ratusan juta poundsterling untuk belanja
pemain -- bahkan menembus angka lebih dari £1 miliar jika ditambah
pengeluaran gaji pemain dan pelatih -- sejak mengakuisisi Chelsea pada
2003, bukan rahasia lagi bahwa impian utama Roman Abramovich adalah
membangun tim yang tak hanya mampu berjaya di kancah domestik, tapi juga
di ranah Eropa.Setelah nasib sial menggagalkan The Blues di final Liga Champions 2008, dengan John Terry terpeleset dalam adu penalti di tengah guyuran hujan di Stadion Luzhniki, kesempatan kedua datang tahun ini, di mana mereka bakal bersua Bayern Munich pada laga pamungkas di rumah lawan, Allianz Arena, Sabtu (19/5).
Tak dapat dimungkiri bahwa kelolosan Chelski melaju hingga partai puncak membelalakkan mata banyak orang, mungkin termasuk intern kubu Stamford Bridge sendiri. Terlebih kondisi tim sempat carut-marut sehingga memaksa manajer Andre Villas-Boas, yang baru dipekerjakan pada awal musim, ditendang.
Pemecatan AVB, pelatih kedelapan Chelsea di era Abramovich, ternyata menjadi berkah terselubung buat skuad Roman Emperor. Roberto Di Matteo, asisten manajer yang didapuk sebagai caretaker, mampu menghadirkan stabilitas yang amat dibutuhkan, dan mengembalikan tim ke trek kemenangan. Puncaknya adalah ketika mereka membalikkan segala prediksi dan menundukkan juara bertahan sekaligus unggulan utama UCL, Barcelona, dengan agregat 3-2 di fase semi-final.
Jelang duel puncak ajang antarklub termewah Eropa yang tinggal tersisa dua hari lagi, GOAL.com mengajak Anda menyimak perjuangan The Pensioners merintis jalan menuju Allianz Arena sejak putaran grup.
| Fase Grup |
| Tim | Skor | Tim |
Chelsea |
2-0 (David Luiz 67', Mata 90+2') |
Bayer Leverkusen |
Valencia |
1-1(Lampard 56') |
Chelsea |
Chelsea |
5-0(Meireles 8', Torres 11' & 27', Ivanovic 42', Kalou 72') |
Genk |
Genk |
1-1(Ramires 26') |
Chelsea |
Bayer Leverkusen |
2-1(Drogba 48') |
Chelsea |
Chelsea |
3-0(Drogba 3' & 76', Ramires 22') |
Valencia |
Situasi Chelsea sontak berubah menjadi kelabu setelah mereka dipaksa menyerah 2-1 oleh Leverkusen di BayArena. Gol pembuka skor Didier Drogba -- sekaligus gol pertamanya di UCL musim ini -- seakan tak berarti lantaran Die Werkself mampu membalas dua kali melalui Eren Derdiyok dan Manuel Friedrich.
Kekalahan tersebut menjatuhkan The Blues ke posisi kedua di klasemen sementara, mengantungi poin sama dengan Valencia di tempat ketiga. Duel kedua tim di Bridge pada matchday pamungkas pun jadi partai hidup-mati. Namun Chelsea dapat menjawab tantangan dengan sempurna. Kontribusi gol Drogba dan Ramires menutup paruh pertama dengan keunggulan tuan rumah 2-0. Drogba kembali masuk scoresheet di paruh kedua guna melengkapi kemenangan 3-0.
Karena di saat bersamaan Leverkusen hanya mencatat skor seri 1-1 di kandang Genk, Chelsea pun berhak memuncaki klasemen akhir dengan surplus satu poin atas sang wakil Bundesliga.
| Klasemen Akhir Grup E |
| M | M | S | K | Gol | Poin | ||
| Chelsea | 6 | 3 | 2 | 1 | (13-4) | 11 | |
| Bayer Leverkusen | 6 | 3 | 1 | 2 | (8-8) | 10 | |
| Valencia | 6 | 2 | 2 | 2 | (12-7) | 8 | |
| Genk | 6 | 0 | 3 | 3 | (2-16) | 3 |
![]() |
Fase 16 Besar (Ag. 4-5) |
![]() |
| Tim | Skor | Tim |
Napoli |
3-1 (Mata 27') |
Chelsea |
Chelsea |
4-1 (AET.)(Drogba 28', Terry 47', Lampard 75' pen., Ivanovic 105') |
Napoli |
Akan tetapi, I Vesuviani yang memang tampil lebih impresif mampu membalikkan skor sebelum turun minum via Ezequiel Lavezzi dan Edinson Cavani. Lavezzi lantas mencetak gol keduanya pada menit ke-65 dan memberikan Napoli keunggulan agregat signifikan 3-1 sebagai bekal menghadapi leg kedua. Sekitar dua pekan setelah laga ini, tepatnya ketika tim kembali menelan kekalahan, 1-0 atas West Brom di Liga Primer, AVB digusur dari kursi manajer.

Di bawah caretaker Roberto Di Matteo, Chelsea mampu meraih kemenangan berurutan kontra Birmingham dan Stoke, jelang menerima kedatangan Napoli. Meski begitu, rasanya sedikit sekali yang memprediksi The Pensioners bisa membalikkan defisit agregat. Tapi itulah yang persis terjadi di Stamford Bridge pada 14 Maret. Trigol Chelsea lewat Didier Drogba, John Terry, dan penalti Frank Lampard, serta satu gol I Partenopei melalui Gokhan Inler dalam 90 menit memaksa digelarnya perpanjangan waktu. Di babak inilah Branislav Ivanovic muncul sebagai pemasti tiket perempat-final untuk Chelsea dengan menyelesaikan assist Drogba. Comeback spektakuler ini mengobarkan keyakinan tim untuk melaju jauh.
|
Perempat-Final (Ag. 1-3) |
![]() |
| Tim | Skor | Tim |
Benfica |
0-1 (Kalou 75') |
Chelsea |
Chelsea |
2-1(Lampard 21' pen., Meireles 90+3') |
Benfica |
Di babak delapan besar, Chelsea kembali terundi menghadapi kuda hitam lain, Benfica, tim yang sukses menjuarai Grup C, yang juga dihuni oleh Manchester United, dan mengempaskan jawara Rusia, Zenit St. Petersburg, di 16 besar. Namun Os Aguias toh sanggup diatasi The Blues. Gol tunggal Salomon Kalou menuntaskan sodoran Fernando Torres pada first leg di Estadio da Luz menghasilkan kemenangan tipis 1-0.
Pada pertemuan kedua, konversi penalti Lampard di menit ke-21 disusul kartu merah buat Maxi Pereira lima menit jelang turun minum seolah bakal membuat Chelsea melenggang mudah. Tapi Benfica ternyata ogah menyerah begitu saja. Dengan sepuluh pemain, armada asuhan Jorge Jesus dapat menyamakan skor lewat Javi Garcia pada menit ke-85. Bagaimanapun, sepakan keras Raul Meireles pada injury time akhirnya mengubur harapan klub negara kelahirannya, Portugal, itu.
![]() |
Semi-Final (Ag. 3-2) |
![]() |
| Tim | Skor | Tim |
Chelsea |
1-0 (Drogba 45+2') |
Barcelona |
Barcelona |
2-2(Ramires 45+1', Torres 90+2') |
Chelsea |
Walau keberhasilan membalikkan agregat atas Napoli terbilang fenomenal, ujian terberat Chelski tak pelak adalah saat bersua juara bertahan turnamen, Barcelona. Di sinilah kepiawaian taktik Di Matteo berbicara. Sadar tak mungkin unggul jika mengadu kualitas permainan dengan raksasa Spanyol itu, dalam dua leg sang bos menginstruksikan anak-anak asuhnya agar lebih berkonsentrasi di sektor belakang dan melancarkan serangan balik kilat saat berhasil merebut bola. Hasilnya paten, kendati banyak ditekan, Chelsea sukses memetik kemenangan 1-0 melalui Drogba pada gim pertama di Bridge.
Strategi serupa tampak bakal patah saat The Blues ganti bertandang ke Camp Nou. Dua gol Sergio Busquets (35') dan Andres Iniesta (43') diselingi tindakan bodoh kapten John Terry menendang Alexis Sanchez dalam insiden tanpa bola sehingga berujung straight red card (37') membuat ketersingkiran Chelsea bagai sebuah keniscayaan. Namun harapan Chelsea sontak merekah setelah Ramires menaklukkan Victor Valdes lewat tendangan lob cantik memanfaatkan umpan Lampard yang jeli melihat lubang di lini belakang Barca.

Skor 2-1 tak cukup buat The Catalans karena Chelsea unggul dalam gol tandang, namun bombardir serangan yang mereka lancarkan tak kunjung berbuah gol, termasuk penalti Lionel Messi di awal babak II yang hanya membentur mistar. Justru pasukan Di Matteo, yang terus bertahan dengan kokoh di sisa pertandingan, mampu menyamakan kedudukan. Memanfaatkan garis pertahanan Barca yang sangat tinggi, Fernando Torres melakukan sprint sendirian setelah mengambil bola sapuan Ashley Cole. El Nino pun dengan dingin mengecoh Valdes dan melesakkan gol penyeimbang pada injury time.
Chelsea menuntaskan dendam di semi-final 2009 dan melangkah ke partai puncak untuk kali kedua sepanjang sejarah. (sumber :http://www.goal.com/)














0 komentar:
Posting Komentar